Ada satu peristiwa yang sukses
membuat semangatku surut di Kamis lalu. Kamis lalu, aku tidak mengikuti kuliah
TPP.
Apaa??
Iya,
aku tidak mengikuti kuliah tersebut. Bukan karena malas ataupun lupa melainkan
karena aku benar-benar tidak tahu kalau ada kuliah pengganti TPP Kamis pagi
itu. Yang kutahu hanyalah kuliah HPPT jam 7.30 seperti biasanya.
Sebenarnya,
hari Rabu, si CO TPP, Aga sudah mengumumkan kalau Rabu malam itu ada kuliah
pengganti TPP. Akan tetapi, karena dosen muda nan ganteng, Pak Dani tidak
mengangkat telpon maupun membalas pesan, si Aga mengumumkan lagi kalau kuliah
pengganti TPP mungkin diadakan Kamis malam. Oke, setelah mendengar itu, aku
langsung pulang.
Rabu
malamnya, karena badanku sangat-sangat capek dan masih agak demam (Selasa malam
badanku panas gara-gara kehujanan), aku pun langsung tidur setelah memakan
sebungkus tahu telor. Dan saat itu, aku sudah tak terlalu menghiraukan sms dan
netbook. Aku tidur layaknya orang kesurupan, eh, mati maksudnya..
Kamis
paginya, pukul 6.30, aku heran. Temanku yang super duper heboh, Puput,
tiba-tiba sms begini: “Ran, nggak kuliah aa??” Dengan agak heran, aku balas, “Aku
kuliah Put. Kenapa?” Akan tetapi, sesaat setelah mengirim balasan, aku terdiam.
Berpikir. Tidak biasanya si Puput sms
seperti itu. Jangan-jangan dia sudah di kampus? Tapi ngapain ke kampus sepagi
ini, padahal kuliah HPPT masih 1 jam lagi. Dan aku tidak tahu apa-apa
sampai aku menyadari kejanggalan di kelasku pukul 7.30 setelahnya.
Kelasku
ternyata masih sepi! Padahal biasanya sudah ada 1 atau 2 orang di kelas.
Tiba-tiba, Isa’i, Reda dan Rima masuk ke kelas secara bebarengan. Memang apa
yang aneh? Aneh karena setahuku mereka tidak pernah berangkat bersama ke
kampus. Yang kutahu, Isa’i memang selalu datang bersama-sama Reda sedangkan
Rima selalu datang agak lambat bersama dengan Arum. Saat itu, aku hanya
berpikir: ah, mungkin ketemu di parkiran.
Dan
keanehan terjadi lagi setelah itu. Teman-teman secara bergerombol mulai
memasuki kelas. Aku bingung. Loh? Kok
mereka semua bisa datang bareng-bareng? Emang ada acara apa?
Pertanyaanku
terjawab ketika Riskita, Putri D.O dan Kiki menghampiriku.
“Ranny,
kamu tadi nggak ikut TPP ya?” tanya Riskita seraya duduk di bangku depanku
bersama dengan Putri D.O.
JLEB.
“Emang
tadi kuliah?” Pertanyaan itu langsung terlontar dari mulutku. Riskita
mengangguk sementara aku hanya terdiam mendengar mereka bercerita. Kata mereka,
mereka dapat sms dari nomor tak dikenal – yang ternyata nomornya Aga – yang mengumumkan
kalau pagi tadi ada kuliah pengganti TPP. Kemudian, salah satu dari mereka
mengatakan kalau Aga juga mengumumkan hal itu di FB. Ketika Riskita bertanya,
“Kamu nggak dapat sms, Ran?” aku hanya menggeleng pelan sambil berkata lirih,
“Aku nggak disms dan nggak lihat FB sama sekali...”
“Kenapa
kamu nggak tanya?” tanya Kiki. Semalam aku memang sempat sms an dengan Kiki
sebentar. Akan tetapi, bagaimanapun juga, yang namanya orang kecapekan, pasti
tidak akan terpikirkan kata “KULIAH” di pikiran mereka dan aku juga begitu.
Saat itu, aku hanya berpikir aku harus berhenti sms dan TIDUR. Karena itulah,
aku tidak tahu menahu akan kuliah pengganti itu.
Yang
paling menyedihkan lagi adalah saat aku dan Puput di kosan Kiki, Kiki mendapat
sms dari Rifqi yang isinya amat memiriskan bagiku: “Teman-teman yang bisa TA,
tolong TA-in Ranny” (kira-kira begitu). Sms itu baru terkirim beberapa jam
setelah kuliah HPPT berakhir dan aku amat sangat sedih sekali mendengar isi sms
itu dari Kiki. Lebih sedih lagi ketika tahu bahwa ternyata Puput juga tidak
dijarkom dan tidak lihat FB, tapi diingatkan oleh “kekasihnya”, Rifqi.
Sedangkan aku? Siapa lagi yang akan mengingatkanku tentang kuliah jika bukan
diriku sendiri? Sedih, nggak, kalau gitu?? Hik hik hik...~ m(TT^TT)m
Itulah
cacat pertama yang kubuat selama di perkuliahan ini. Padahal sejak awal aku
masuk kuliah, aku sudah bertekad tidak akan bolos ataupun TA sampai aku lulus.
Akan tetapi, apa daya, ketidaktahuanku menyebabkan satu cacat dalam tekad itu.
Ternyata tekad saja tidak cukup. m(_ _)m
Mungkin
kalau membaca tulisanku ini, orang-orang akan menganggapku lebay, alay dan ay-ay lainnya atau mungkin mereka juga
akan berpikir: Ih, baru TA satu kali aja
sedihnya kayak gitu.. biasa aja lagi!
Oke! Bolehlah aku dikatakan seperti itu. Akan tetapi, bagiku, kuliah itu
penting. Biayanya juga mahal. Aku selalu memikirkan biaya yang harus
dikeluarkan orang tuaku bila malas kuliah datang. Jadi, meskipun aku malas
sekali untuk kuliah, aku akan tetap berangkat ke kampus bila memikirkan biaya
tersebut. Aku juga akan marah jika dosen yang ditunggu-tunggu tidak masuk.
“Saya
ini di sini bayar, Pak, Bu. Anda juga digaji melalui uang orang tua saya.
Kenapa anda malah seenaknya tidak masuk??” Begitu pikirku jika dosen yang
mengajar kelasku tidak masuk. Namun, namanya juga mahasiswa agak-agak mahasisa
(meminjam istilahnya Indra Widjaya), bila ada kuliah pengganti, keluhan yang
keluar.
#Dasar!
Hahaha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar