hanya sebuah blog milik seorang blogger amatiran. di sinilah ia menuliskan semua yang ingin ia ungkapkan, tapi yang tak bisa ia utarakan....

Minggu, 16 Desember 2012

Cacat Kali Pertama


Ada satu peristiwa yang sukses membuat semangatku surut di Kamis lalu. Kamis lalu, aku tidak mengikuti kuliah TPP.
                Apaa??
                Iya, aku tidak mengikuti kuliah tersebut. Bukan karena malas ataupun lupa melainkan karena aku benar-benar tidak tahu kalau ada kuliah pengganti TPP Kamis pagi itu. Yang kutahu hanyalah kuliah HPPT jam 7.30 seperti biasanya. 


           Sebenarnya, hari Rabu, si CO TPP, Aga sudah mengumumkan kalau Rabu malam itu ada kuliah pengganti TPP. Akan tetapi, karena dosen muda nan ganteng, Pak Dani tidak mengangkat telpon maupun membalas pesan, si Aga mengumumkan lagi kalau kuliah pengganti TPP mungkin diadakan Kamis malam. Oke, setelah mendengar itu, aku langsung pulang.
                Rabu malamnya, karena badanku sangat-sangat capek dan masih agak demam (Selasa malam badanku panas gara-gara kehujanan), aku pun langsung tidur setelah memakan sebungkus tahu telor. Dan saat itu, aku sudah tak terlalu menghiraukan sms dan netbook. Aku tidur layaknya orang kesurupan, eh, mati maksudnya..
                Kamis paginya, pukul 6.30, aku heran. Temanku yang super duper heboh, Puput, tiba-tiba sms begini: “Ran, nggak kuliah aa??” Dengan agak heran, aku balas, “Aku kuliah Put. Kenapa?” Akan tetapi, sesaat setelah mengirim balasan, aku terdiam. Berpikir. Tidak biasanya si Puput sms seperti itu. Jangan-jangan dia sudah di kampus? Tapi ngapain ke kampus sepagi ini, padahal kuliah HPPT masih 1 jam lagi. Dan aku tidak tahu apa-apa sampai aku menyadari kejanggalan di kelasku pukul 7.30 setelahnya.
                Kelasku ternyata masih sepi! Padahal biasanya sudah ada 1 atau 2 orang di kelas. Tiba-tiba, Isa’i, Reda dan Rima masuk ke kelas secara bebarengan. Memang apa yang aneh? Aneh karena setahuku mereka tidak pernah berangkat bersama ke kampus. Yang kutahu, Isa’i memang selalu datang bersama-sama Reda sedangkan Rima selalu datang agak lambat bersama dengan Arum. Saat itu, aku hanya berpikir: ah, mungkin ketemu di parkiran.
                Dan keanehan terjadi lagi setelah itu. Teman-teman secara bergerombol mulai memasuki kelas. Aku bingung. Loh? Kok mereka semua bisa datang bareng-bareng? Emang ada acara apa?
                Pertanyaanku terjawab ketika Riskita, Putri D.O dan Kiki menghampiriku.
                “Ranny, kamu tadi nggak ikut TPP ya?” tanya Riskita seraya duduk di bangku depanku bersama dengan Putri D.O.
                JLEB.
                “Emang tadi kuliah?” Pertanyaan itu langsung terlontar dari mulutku. Riskita mengangguk sementara aku hanya terdiam mendengar mereka bercerita. Kata mereka, mereka dapat sms dari nomor tak dikenal – yang ternyata nomornya Aga – yang mengumumkan kalau pagi tadi ada kuliah pengganti TPP. Kemudian, salah satu dari mereka mengatakan kalau Aga juga mengumumkan hal itu di FB. Ketika Riskita bertanya, “Kamu nggak dapat sms, Ran?” aku hanya menggeleng pelan sambil berkata lirih, “Aku nggak disms dan nggak lihat FB sama sekali...”
                “Kenapa kamu nggak tanya?” tanya Kiki. Semalam aku memang sempat sms an dengan Kiki sebentar. Akan tetapi, bagaimanapun juga, yang namanya orang kecapekan, pasti tidak akan terpikirkan kata “KULIAH” di pikiran mereka dan aku juga begitu. Saat itu, aku hanya berpikir aku harus berhenti sms dan TIDUR. Karena itulah, aku tidak tahu menahu akan kuliah pengganti itu.
                Yang paling menyedihkan lagi adalah saat aku dan Puput di kosan Kiki, Kiki mendapat sms dari Rifqi yang isinya amat memiriskan bagiku: “Teman-teman yang bisa TA, tolong TA-in Ranny” (kira-kira begitu). Sms itu baru terkirim beberapa jam setelah kuliah HPPT berakhir dan aku amat sangat sedih sekali mendengar isi sms itu dari Kiki. Lebih sedih lagi ketika tahu bahwa ternyata Puput juga tidak dijarkom dan tidak lihat FB, tapi diingatkan oleh “kekasihnya”, Rifqi. Sedangkan aku? Siapa lagi yang akan mengingatkanku tentang kuliah jika bukan diriku sendiri? Sedih, nggak, kalau gitu?? Hik hik hik...~ m(TT^TT)m
                Itulah cacat pertama yang kubuat selama di perkuliahan ini. Padahal sejak awal aku masuk kuliah, aku sudah bertekad tidak akan bolos ataupun TA sampai aku lulus. Akan tetapi, apa daya, ketidaktahuanku menyebabkan satu cacat dalam tekad itu. Ternyata tekad saja tidak cukup. m(_ _)m
                Mungkin kalau membaca tulisanku ini, orang-orang akan menganggapku lebay, alay dan ay-ay lainnya atau mungkin mereka juga akan berpikir: Ih, baru TA satu kali aja sedihnya kayak gitu.. biasa aja lagi! Oke! Bolehlah aku dikatakan seperti itu. Akan tetapi, bagiku, kuliah itu penting. Biayanya juga mahal. Aku selalu memikirkan biaya yang harus dikeluarkan orang tuaku bila malas kuliah datang. Jadi, meskipun aku malas sekali untuk kuliah, aku akan tetap berangkat ke kampus bila memikirkan biaya tersebut. Aku juga akan marah jika dosen yang ditunggu-tunggu tidak masuk.
                “Saya ini di sini bayar, Pak, Bu. Anda juga digaji melalui uang orang tua saya. Kenapa anda malah seenaknya tidak masuk??” Begitu pikirku jika dosen yang mengajar kelasku tidak masuk. Namun, namanya juga mahasiswa agak-agak mahasisa (meminjam istilahnya Indra Widjaya), bila ada kuliah pengganti, keluhan yang keluar.
                #Dasar! Hahaha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar